Oleh Ummu Marwah
بِسْـــــــــــــــــــــ ـمِ اﷲِارَّتْمَنِ ارَّتِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
PANDANGAN ISLAM TENTANG MUSLIMAH
BERSAMA MENANTU PEREMPUAN
DAN MENANTU LAKI-LAKI MENURUT AL-QUR’AN DAN SUNNAH
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
A. Dengan Menantu Perempuannya.
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
Wanita muslimah yang sadar dengan petunjuk agama,selalu menghiasi dirinya dengan budi pekerti yang luhur, dia menganggap menantu perempuannya seperti layaknya putrinya sendiri.
Karena ia adalah istri dari putranya tersebut,Yang mana berarti dia telah menjadi bagian dari anggota keluarganya .
Seperti itu pula wanita muslimah selalu mengenakan perhiasan yang tak ternilai harganya,dari akhlak terpuji dan nilai-nilai luhur saat berinteraksi dengan ibu mertuanya,dia memandang ibu mertua sebagai ibu kandung sendiri. Sejak dia meninggalkan rumah orang tuanya dan berpindah ke rumah suaminya.
Selektif dalam memilih menantu perempuan
Wanita muslimah sangat berhati-hati dalam menentukan pendamping hidup bagi putranya. Kriteria calon menantunya berdasarkan agama, akhlak, pendidikan dan ketaatan dalam menjalakan kewajiban agama.
Sesungguhnya wanita muslimah yang cerdas, jika meminang seseorang gadis untuk menikah dengan putranya, maka dia memilih seseorang pemudi yang sesuai dengan kriterianya.
Karena dia bepikir dengan terikatnya sebuah perkawinan berarti akan hadir dalam keluarganya seorang anak perempuan yang baru. Dimana memiliki hak untuk dimuliakan, dihargai dan dicintai. Dan masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan dalam ruang lingkup keluarga besar.
Wanita muslimah mendambakan dari menantu perempuan sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam membangun sebuah rumah tangga nan bahagia bersama putranya. Rumah tangga yang di dalamnya ada kebahagian dan kedamaian.
Oleh karena itu, wanita muslimah tidak tergoda dan terpesona dengan penampilan luar yang memikat hati, seperti gadis cantik jelita, menarik hati, dan memiliki magnet yang luar biasa.
Tetapi lebih dari itu, wanita ideal yang menjadi pilihan adalah wanita yang memiliki pemahaman agama yang baik, berakhlak terpuji, dan memiliki keperibadian yang kuat dan seimbang , sesuai dengan petunjuk rasullulah dalam sebuah sabdanya
تنكح المر اة لاربع : لمالها و لنسبها و لجمالها و لدينها, فاظفر بذات الدين تربت يداك
Artinya :
” wanita itu dinikahi karena 4 hal, karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah karena agamanya, maka engkau akan beruntung.”
(HR. Bukhori Muslim)
Menghargai keberadaan menantu dalam keluarga
Dengan sikap yang benar terhadap menantu dan keberadaanya dalam keluarga, akan terjalinnya hubungan yang mesra dan harmonis antara ibu dan menantunya. Adil dan obyektif dalam sikap, dan perbuatannya.
Tidak akan pernah terlepas dalam ingatan wanita muslimah yang bertakwa untuk mempergauli menantu perempuanya sesuai dengan adab-adab islam dan nilainya yang luhur. Karena ia sebagai pendamping hidup putranya yang telah ia didik dalam rentang waktu yang tidak sederhana. Dia telah mengorbankan harta dan waktunya, siang dan malam harinya demi pendidikan putranya. Sampai putranya kini telah menjadi lelaki dewasa, yang mampu memberi dan berkorban.
Setelah itu wanita muslimah telah bersusah payah mencarikan teman hidup putranya, agar terbina sebuah rumah tangga yang bahagia.
Dan tidak menutup kemungkinan putranya akan melupakan jerih payah dan jasa-jasanya.
Wanita muslimah selalu sadar dengan bisikan-bisikan setan ini, karena dia tahu sunnatullah dalam kehidupan ini. Dia juga yakin bahwa putranya telah dibesarkannya dengan naungan islam,tidak mungkin akan melupakan jasa-jasanya dan jerih payah ibunya hanya lantaran beristri seorang wanita yang cantik dan jelita.
Mustahil wanita mukmimah yang kini menjadi menantunya akan rela melihat kelalaian suaminya yang melupakan jasa-jasa ibunya. Karena yang demikian itu merupakan warna dari durhaka terhadap orang tua, yang diharamkan islam.
Kalaupun ada melintas rasa cemburu yang melintas di benak ibu mertua terhadap menantunya, maka hal itu merupakan celah pribadinya. Terlebih bila menantunya adalah wanita yang beragama, takwa, wara’ dam lain sebagainya.
Sewaktu dia tersadar. Maka dia akan membuang jauh-jauh perasaan semacam itu. Lalu dia berupaya untuk menjernihkan keimanannya dan ketakwaannya serta mengasihi wanita muslimah yang telah menjadi menantunya.
Demikianlah itu sifat orang yang bertakwa, jika mereka ditimpa was-was dari setan, mereka segera ingat kepada ALLAH selanjutnya mereka pun menyadari kesalahan-kesalahan dan kekeliruannya.
ALLAH berfirman
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (menyadari) kesalahan-kesalahannya".
[Al-A'râf 7:201].
Dengan demikian, maka kehidupan keluarga akan berjalan dengan harmonis dan penuh keseimbangan antara menantu, ibu mertua dan suami. Permasalahan yang muncul dapat teratasi secara alami, dan tenang karena segala urusan yang ada, tidak dipandang berdasarkan hawa nafsu, gejolak hati, syahwat, dan kesehatan lainnya. Tetapi semuanya dilihat dengan kaca mata agama,akal,hikmah, dan petunjuk.
Memberikan Nasehat Dan Tidak Mencampuri Urusan RUMAH TANGGA.
Sesungguhnya wanita muslimah yang bertakwa dan cerdas,mampu meletakkan dasar yang kokoh,sejak hari pertama pernikahan putranya. Bahwa menantu perempuannya berhak menjalani kehidupan rumah tangga bersama suaminya dengan segala keindahan dan berjuta makna yang terkandung di dalamnnya,selama bingkaian yang halal,dan pada batas-batas yang dibolehkan.
Dan tak seorang pun yang boleh mencampuri urusan rumah tangga mereka,terkecuali jika diperlukan dan dibutuhkan maka sebuah nasehat yang terutus dari seorang muslim sangat di tuntut.Sebagai realisasi dari sabda Rasulullah SAW :
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Artinya: Dari Tamim ad-dari bahwa Nabi SAW bersabda:” ad-Din adalah nasihat”. Kami berkata untuk siapa? Rasul menjawab:” Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, untuk pemimpin Islam dan umatnya”
[HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i]
Secara umum,rambu-rambu yang ada didepan ibu mertua muslimah yang bertakwa adalah dia mengaggap menantunya seperti anak kandungnya sendiri. Sebagaimana dia menghendaki putrinya dapat menjalani kehidupan berumah tangga dengan tenang,bahagia,bebas dan penuh keridhaan. Dia tidak akan mencampuri urusan pribadinya,maka demikian pula yang dia inginkan dari menantunya tanpa ada perbedaan sedikit pun.
Mempergaulinya Dengan Baik.
Ibu mertua yang sadar dengan petunjuk agamanya,selalu berbuat baik,memuliakan dan mempergauli menantunya dengan baik,mencurahkan kasih saying,dan menghargainya. Mendengar suara hatinya,mengakui kelebihan-kelebihannya,menyokong dan mendorong kebaikannya. Dia luruskan kebengkokannya dan dia betulkan kekeliruannya dengan penuh kelembutan. Seluruhnya terbingkai dalam kejujuran,keadilan,kebaikan,dan menganggapnya seperti anak kandung sendiri serta mendukung dengan pendapat-pendapat dan saran-sarannnya sebagai realisasi dari petunjuk ALLAH SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”
[QS. Al-Ahzab(33) : 70-71]
Dan tidak lupa bagi wanita muslimah untuk mengungkapkan perasaan bahagia yang memenuhi relung hatinya dari waktu ke waktu,ketika dia menyaksikan putranya teramat bahagia bersama istrinya.Karena hal itu akan menambah kebahagiaan yang dirasakan oleh putra dan istrinya.
Sebagaimana pula dia selalu mengajak menantunya ke acara-acara pertemuan keluarga dan pesta seperti yang dia lakukan terhadap putrinya,agar ia merasa telah menjadi putri kandungnya dan bahkan telah menjadi anggota keluarga besarnya,sejak ia duduk di kursi pelaminan.
Dengan demikian,maka ibu mertua akan di cintai oleh menantunya,karena ia merasa bahwa ibu mertuanya sangat mengasihinya. Sebaliknya kita saksikan pada masyarakat jahiliyah yang jauh dari petunjuk ALLAH,justru tersemai benih-benih kebencian,pertikaian dan permusuhan antara ibu mertua dan menantunya. Bahkan permusuhan antara keduannya menggema ke permukaaan dan menjadi tradisi yang sulit untuk dilenyapkan.
Dan hal itu sebenarnya tidak akan terjadi,sekiranya masing-masing dari ibu mertua dan menantunya mengakui akan hak-haknya sebagaimana yang di ajarkan ISLAM, dan mampu berdiri di atas batasan yang telah ditetapkannya. Oleh karena itu,permusuhan antara ibu mertua dan menantunya menyingkirkan jauh-jauh dari tengah-tengah masyarakat muslim yang berpegang teguh pada ajaran agamanya,komitmen dengan hukum-hukumnya,melestarikan keluhuran akhlak serta keindahan budi pekerti yang menjadi tradisi dan istiadatnya.
Bijaksana Dan Adil Dalam Mengambil Keputusan.
Terkadang ibu mertua di uji dengan menantu yang tidak baik perangainya,atau bahkan terkesan kasar dan buruk pergaulannya. Pada kondisi semacam ini di butuhkan ibu mertua yang bijak dalam mengambil sikap dan memberikan teguran dengan cara yang paling baik,sebagai pengamalan dari firman ALLAH :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
[Al-Fushilat: 34-35]
Dan di antara kiat menolak kejahatan dengan cara yang lebih baik adalah ibu mertua menjauhkan putranya dari sisi negative dan kekeliruan istrinya semampu mungkin. Lalu dia menasehati menantunya secara pribadi,dengan menjelaskan bahwa apa yang dia lakukan ini adalah demi kelanggengan hidup berumah tangga yang subur dengan kebaikan,cinta dan amal saleh. Lalu dia tidak bosan dan jemu dalam memberikan nasihat,hingga menantunya bias melepaskan kebiasaan negativnya atau paling tidak bias berkurang dan insyaallah menjadi insaf.
Dengan demikian maka sang menantu akan merasakan bahwa ibu mertuanya pada saat yang lain adalah mitra yang jujur yang pantas untuk di cintai,dan bukan musuh yang di benci,yang selalu menanti kehancuran rumah tangganya. Ibu mertua muslimah yang bertakwa,adalah sosok yang bijaksana dan adil dalam mengobati peroblema rumah tangga yang bias muncul antara menantu dan putranya. Karena dia memandang sisi ketakwa dan kebaikan yang tampak pada menantunya, yang dapat melindungin dirinya dari perbuatan dosa saat mendampingi putranya mengarungi bahtera kehidupan. Dia tidak akan mezalimi menantuanya, tetapi tidak pula menyokongnya dalam kebathilan.Hal ini bersandar pada firman Allah
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ
لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ
أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,
[QS.Al An’am:152]
Dan juga firman-Nya:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ
(Dan [menyuruh] kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.)
[QS.An Nisa’:58]
Wanita muslimah yang sadar dengan petunjuk agamanya, tidak akan terperosok pada perbuatan aniaya, dan ia tidak rela memberikan keputusan yang tidak adil walaupun keputusannya itu terkait dengan putranya yang tercinta.
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
B. Bersama Menantu Laki-lakinya
●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●
Pendangannya Terhadap Menantu Laki-laki
Ibu mertua muslimah memandang menantu laki-lakinya tak ubahnya seperti putra kandungnya sendiri. Sebagaimana pla dia menganggap menantu perrempuannya sebagai putri kandungnya sendiri. Sebagaimana dia menginginkan putranya menjadi manusia yang sukses, demikian pula yang dia inginkan dari menantu laki-lakinya.
Selektif Dalam Memilih Menantu Laki-laki
Wanita muslimah mencarikan suami bagi putrinya pemuda yang paling baik. Dia tak menerima terkecuali laki-laki yang taat dalam beragama, berbudi pekerti terpuji dan elok kepribadiannya, sebagaimana yang di anjurkan oleh Rasulullah dalam sebuah sabdanya:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
“Kaum mukminin yang paling sempurna imannya, adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
[HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi dll]
Dia tidak melirik pemuda berdasarkan penampilan lahirlah semata atau karena ia bergelimang harta dunia karena dia tahu bahwa laki-laki yang mempersunting putrinya akan menjadi anaknya, yang padanya dipertarohkan nasib putrinya, dari warna hidup dan kebahagiannya.
Dan harapan yang demikian itu hanya menjadi fatamorgana belaka, kecuali dari lelaki yang berakhlak mulia, taat beragama, memiliki kemuliaan, wibawa, dan keluruhan.
Menghormati Dan Berbuat Baik Kepadanya.
Tidak heran jika ibu mertua muslimah memuliakan menantu laki-lakinya,berbuat baik dan menghormatinya serta menyertakannya pada acara-acara keluarga maupun pesta, karena ia telah menjadi keluarganya.
Dia menginginkan baginya dan putrinya kebahagiaan dan taufik dari ALLAH dalam mengarungi bahtera rumah tangga mereka.
Padanya tersimpan untuk mewujudkan cita-cita putrinya yang agung dan harapannya yang besar. Sebagaimana dia juga memposisikan dirinya sebagai ibu kedua baginya,yang tidak sungkan dalam memberi nasehat dan berupaya keras untuk membantu tercapainya kebahagiaan hidup baginya,istri dan anak-anaknya.
Membantu Putrinya Dalam Membahagiakan Suaminya.
Wanita muslimah yang baik,selalu menasehati putrinya,dan membekalinya segala apa yang bermanfaat bagi lajunya biduk rumah tangganya,suami berserta anak-anaknya. Dia menyadarkan putrinya untuk melihat sesuatu yang dapat membahagiakan dan menyenangkan hati suaminya. Mendorongnya agar melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Apabila dia melihat kelalaian pada diri putrinya,maka dengan segerah dia memberi nasehat,arahan, dan membantunya dalam menutup kekurangannya itu.
Hingga menantunya tidak menyia-nyiakan dan mengabaikan putrinya.Dari waktu-ke waktu, dia juga menunjukkan berbagai kelebihan dan keutamaan suaminya,mengulang-gulang kata-katanya di telinga putrinya,agar ia bertambah saying, cinta dan ridha dengan pemberian ALLAH SWT kepadanya. Dan itulah kontribusi yang paling berharga yang diberikan ibu mertua kepada putrinya untuk mengabdikan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
Berbuat Adil Kepadanya.
Wanita muslimah mampu berlaku adil dalam sikap dan pengambilan keputusan jika terjadi perbedaan pandangan atau kesalahpahaman antara putrid an suaminya. Atau dia mendapatkan putrinya kurang berbakti pada suaminya,atau ia tidak melaksanakan kewajiban rumah tangga dengan baik,atau mengabaikan kebutuhan suaminya. Maka dia tidak terjebak untuk segera membela putrinya,tetapi dia bersikap arif berbiacara atas dasar kebenaran dan keadilan. Karena dia senantiasa terkenang dengan firman ALLAH:
وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ
أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,
[QS.Al An’am:152]
Dalam firman-Nya juga:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”
[QS. Al-Ahzab(33) : 70-71]
Jika dia melihat putrinya cenderung untuk berlaku boros dan komsumtif,maka dia segerah menasehati putrinya. Dia mengajak putrinya untuk berbicara dari hati-ke hati,lalu dia menjelaskan kekeliruannya.Bahwa tindakannya telah melampaui batas dari apa yang telah ditetap oleh syariat dalam masalah perbelanjaan harta.
Dalam perbelanjaan harta hendaknya mengacu kepada petunjuk ALLAH dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Artinya:
Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan, tidak (pula) kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian .
[QS. Al Furqan: 67]
Dan apabila dia melihat putrinya kurang menghargai kedudukan suami dan kepemimpinannya dalam keluarga,maka dengan sikap dia memberi pengarahan atau pun pemahaman kepada putrinya dengan bahasa yang jelas dan gambling: bahwa laki-laki (suami) adalah pemimpin atas ( wanita) istrinya,berdasarkan firman ALLAH:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”
[ QS An-Nisa:34]
Kepemimpinan laki-laki atas wanita,dikarenakan dua sebab yang nyata,tidak pantas bagi wanita untuk mengabaikannya selamanya. Pertama, Kelebihan yang ALLAH berikan kepada laki-laki,dan kedua , karena laki-laki sebagai pemberi nafkah dalam keluarga. ALLAH berfirman:
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوءٍ وَلاَيَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَاخَلَقَ اللهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلاَحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ {228}
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat.
Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan lebih daripada istrinya. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
[QS. Al-Baqarah: 228]
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
♥ღϠ₡ღ♥ Semogah bermanfaat dalam meningkatkan iman dan takwa,....wabillahi taufik wal hidayah,,,Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakaatuh.....Salam Ukhuwah.♥ღϠ₡ღ♥
07.42 | 0
komentar | Read More