Laman

Dompet Donasi Blog
Kumpulan Artikel Islami

No Rek : 046-10-45-234

A/N : Budi Darmawan

***SIFAT PENYANTUN,PEMAAF,TIDAK DENGKI DAN IRI HATI SESUAI PETUNJUK AL-QUR’AN DAN SUNNAH***

Written By Ummu Marwah on Sabtu, 07 April 2012 | 08.31

 بِسْـــــــــــــــــــــ ـمِ اﷲِارَّتْمَنِ ارَّتِيم
 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

               SIFAT PENYANTUN, PEMAAF,TIDAK DENGKI DAN IRI HATI
                      SESUAI PETUNJUK AL-QUR’AN DAN SUNNAH

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬








Seorang muslim yang senantiasa mereguk hidayah dari sumber mata air Islam, memiliki satu akhlak yang luhur, yaitu PENYANTUN, mampu meredam emosi dan melatih diri untuk selalu menjadi seorang yang pemaaf. Oleh karena itu dapat  berkomunikasi dengan cara yang paling baik, sebagai pengamalan dari firman ALLAH:


الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


“DAN ORANG-ORANG YANG MENAHAN AMARAHNYA DAN MEMAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN.ALLAH MENYUKAI ORANG-ORANG YANG BERBUAT KEBAJIKAN.”  

[QS. ALI IMRAN: 134 ]




Juga firman-Nya:

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

”DAN TIDAKLAH SAMA KEBAIKAN DAN KEJAHATAN. TOLAKLAH KEJAHATAN ITU DENGAN CARA YANG LEBIH BAIK, MAKA TIBA-TIBA ORANG YANG ANTARAMU DAN ANTARA DIA ADA PERMUSUHAN SEOLAH-OLAH TELAH MENJADI TEMAN YANG SANGAT SETIA.
SIFAT-SIFAT YANG BAIK ITU TIDAK DIANUGERAHKAN MELAINKAN KEPADA ORANG-ORANG YANG SABAR DAN TIDAK  DIANUGERAHKAN MELAINKAN KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMPUNYAI KEBERUNTUNGAN YANG BESAR.” 

[QS. FUSHILAT: 34-35 ]








Yang demikian itu karena menahan diri dari amarah,dan menggantinya dengan maaf dan kesantunan merupakan akhlak yang terindah dari kaum muslimin dan muslimat yang sangat di cintai ALLAH terhadap hamba-hamba-Nya. Hal ini di pertegas oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata,bersabda Rasulullah kepada Asyaj Abdul Qais :

”SESUNGGUHNYA PADA DIRIMU ADA DUA SIFAT YANG DI SUKAI OLEH ALLAH YAITU SIFAT SANTUN DAN PENYABAR.”  
[HR. MUSLIM ]





Pernah suatu ketika Rasulullah menasehati seorang laki-laki yang datang kepada beliau, untuk meminta wasiat. Kepadanya di berikan  cukup dengan satu kalimat, yaitu “ LAA TAGHDHAB” (jangan engkau marah). Laki-laki tadi mengulang-ulang pertanyaannya,..”Berikanlah wasiat kepadaku” dan jawaban Rasulullah tidak berubah, LAA TAGHDHAB” (jangan engkau marah). Sebuah nasehat yang universal untuk keluhuran akhlak.

[Di jelaskan dalam Kitab :Fatul Bari : 1/ 53 –Kitab adab,bab: Mewaspadai Marah.]









Terkadang kaum Muslimin  di haruskan marah,tetapi marahnya karena ALLAH bukan karena kemarahan pribadinya.Dia akan marah ketika melihat di masyarakat ada orang yang mengabaikan nilai-nilai Islam yang luhur,melanggar ajaran-ajarannya, dan hokum-hukumnya.Serta mengolok-olok agama yang dipeluknya. Pada kondisi semacam ini kaum muslimin pantas marah,mencontoh suri teladan umat Rasulullah sebagaimana di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

“RASULULLAH TIDAK PERNAH MARAH UNTUK DIRINYA,MELAINKAN BILA KEHORMATAN ALLAH DI LANGGAR,MAKA BELIAU AKAN MARAH KARENA ALLAH.” 

[HR. BUKHARI DAN MUSLIM ]





Sesungguhnya Rasulullah pernah marah,wajah beliau juga berubah saat terjadi pelanggaran dalam agama. Atau keliru dalam menerapkan hukum atau meremehkan terhadap pemberlakuan  Had. Rasulullah pernah marah ketika datang kepadanya seorang lelaki seraya berucap:

” SESUNGGUHNYA AKU SENGAJA AKAN MEMPERLAMBAT SHALAT SHUBUHKU, KARENA SI FULAN MEMPERPANJANG BACAAN SHALATNYA.”
Maka Rasulullah tidak pernah terlihat marah melebihi marahnya pada saat itu. Kemudian beliau bersabda:

”WAHAI MANUSIA, DI ANTARA KALIAN ADA ORANG YANG BERBUAT ORANG LAIN ENGGAN SHALAT BERJAMAAH.SIAPA SAJA DI ANTARA KALIAN YANG MENJADI IMAM DALAM SHALAT MAKA HENDAKNYA DIA MENYEDERHANAKAN BACAANNYA,KARENA SESUNGGUHNYA DI BELAKANGNYA ADA ORANG TUA,ANAK-ANAK,DAN ORANG YANG MEMILIKI KEPERLUAN.”  
[MUTTAFAQ ‘ALAIHI ]






Pada suatu ketika Rasulullah baru pulang dari perjalanan,melihat di dalam kamarnya ada gorden tipis bergambar patung dan arca. Berubah merah wajahnya, dengan marah beliau bersabda kepada Aisyah radhiallahu ‘anha :

” WAHAI AISYAH, MANUSIA YANG PALING BERAT SIKSANYA DI SISI ALLAH PADA HARI KIAMAT NANTI ADALAH ORANG-ORANG YANG MENYERUPAKAN CIPTAAN ALLAH.” 

[MUTTAFAQ ‘ALAIHI ]





Dan suatu saat Nabi pernah marah kala datang kepadanya Usamah bin Zaid untuk minta dispensasi terhadap wanita terpandang dari Bani Makhzumiyah yang mencuri. Sementara Rasulullah telah berazam untuk memberlakukan hukum Had (potong tangan) kepada wanita tersebut. Mereka berkata,siapakah yang sanggup menyampaikan maksud kita ini kepada Rasulullah ?....”Sebagaian mereka menjawab:” Tidak ada yang berani melakukannya melainkan Usamah, buah hatinya Rasulullah. Dalam keadaan marah beliau bersabda:

”APAKAH ENGKAU AKAN MEMINTAKAN SYAFAAT SAAT AKAN DIBERLAKUKAN HUKUM ALLAH ?,….”Selanjutnya beliau berdiri untuk menyampaikan khotbah:”SESUNGGUHNYA PENYEBAB KEBINASAAN UMAT SEBELUM KALIAN ADALAH KARENA JIKA ADA ORANG YANG TERPANDANG DARI MEREKA MENCURI,MEREKA MEMBIARKANNYA SAJA (TIDAK DIBERLAKUKAN HUKUM),SEMENTARA JIKA ORANG YANG LEMAH (ORANG BIASA) MENCURI,MAKA MEREKA MEMBERLAKUKAN HUKUM UNTUKNYA.DEMI ALLAH, JIKA FATIMAH BINTI MUHAMMAD MENCURI,NISCAYA AKAN AKU POTONG TANGANNYA.”   [MUTTAFAQ ‘ALAIHI ]





Demikianlah  marahnya Rasulullah. Itulah marah yang dibolehkan dalam syariat Islam,yaitu marah karena ALLAH,bukan untuk dirinya sendiri. Kaum Muslimin yang sadar dengan petunjuk agamannya,selalu meneladani akhlak Rasulullah,dan senantiasa memperhatikan bimbingan,tindakan dan perbuatan beliau.Dia mampu menguasai dirinya ketika marah dengan manusia.Di mana marahnya karena ALLAH,AGAMA dan KEHORMATAN.











SIKAP PEMAAF, TIDAK DENGKI DAN IRI HATI  

Kaum Muslimin tak akan sanggup menanggung perasaan dengki,dan tidak mengenal iri hati. Yang demikian itu karena sesungguhnya Islam yang agung ini telah mencabut akar kedengkian dan memadamkan api iri hati dan membersihkan jiwa dari kebencian serta menanamkan dalam jiwanya benih persudaraan,cinta,toleransi,pemaaf dan ampunan. Islam telah memerangi kebodohan,kedungguan,fanatisme,kedengkian,kemarahan,permusuhan dan perselisihan. Dan Islam menanamkan dalam hati kaum muslimin dan muslimat sifat  pemaaf,toleransi,cinta dan mensucikan jiwa.Oleh karena itu ALLAH berfirman:



الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


”DAN ORANG-ORANG YANG MENAHAN AMARAHNYA DAN MEMAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN.ALLAH MENYUKAI ORANG-ORANG YANG BERBUAT KEBAJIKAN.” 

[QS. ALI IMRAN: 134 ]





Ayat ini memberikan pujian kepada orang-orang yang mampu menahan amarahnya, yaitu orang-orang yang tidak mendendam  karena rasa dengki dan iri hati, tetapi mereka justru berada di puncak maaf, toleransi dan ampunan. Itulah puncak keluhuran dan kebaikan pribadi. Karena puncak keluhuran sangat sulit untuk dicapai, terkecuali oleh orang-orang yang memiliki budi pekerti  yang mengagumkan. Di mana ia terjauh dari permusuhan,kebencian, dan kedengkian.




Dengan demikian mereka akan sampai pada martabat ihsan, dan sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. Islam dengan petunjuknya yang luhur telah mampu menyelam ke dasar hati, mensucikan dan membeningkannya. Ia berubah hati yang diwarnai dengan permusuhan, kebencian dan kedengkian menjadi hati yang senantiasa diselimuti oleh cinta, pembelaan dan loyalitas.






Di antara bukti yang mengagumkan dari persoalan ini adalah perubahan hati Hindun binti Utbah radhiallahu anha. Di mana sebelum memeluk Islam, hatinya telah ditaburi racun kedengkian dan api permusuhan terhadap rasulullah, keluarga dan sahabat-sahabat setianya, hingga beliu berniat menumpahkan darah hidun pada peristiwa Fathu Mekkah (penaklukan kota mekkah) sebagai balasan terhadap tindakannya yang biadab, yang telah memporak-porandakan jasad paman nabi; Hamzah di perang uhud.





Ketika Hidun telah memeluk Islam dan Islam telah memenuhi relung hatinya, ia datang kepada rasululah seraya berkata; “wahai rasulullah, dahulu tiada orang yang inginkan dihina-dina melainkan pengikut-pengikutmu, dan sekarang tiada orang yang aku inginkan kemuliaan melainkan orang-orang yang bersamamu.”




Di jalan ALLAH dan di atas jalan agama-Nya yang benar, dia mencuci darah kotornya, mencampakan kebiadabannya, dicabutnya akar kedengkian di dalam hatinya dan dia disingkirkan iri hati dan dendam kusumat.
Al Qur’an telah menawarkan cara yang paling tepat untuk mengangkat derajat kemanusiaan sampai pada puncak ketinggiannya yang sulit untuk mencapainya. Di mana Al Qur’an telah menetapkan bagi siapa yang merasa dizalimi oleh orang untuk membela diri dan tidak membalas kezalimannya, karena balasan kejahatan adalah kejahatan serupa. Tetapi Al Qur’an tidak membiarkan orang lain yang teraninaya oleh memendam perasaan benci dan permusuhan. Tetapi ia membimbingnya naik ke puncak ketinggian akhlak dari sifat pemaaf, toleransi, dan keampunan. Ia menghendaki kita dapat mencapain puncak ketinggian itu. Dimana ia menetapkan sebagai urusan yang paling utama. ALLAH berfirman:

“dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan ALLAH. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَٰئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraninaya, tidak ada suatu dosapun atas mereka. Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.
Tetapi orang yang sabar dan pemaaf, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”

(Q.S. Asy Syura : 39-43)

Peristiwa haditsul ifki (berita dusta) telah mendera jiwa Abu Bakar Ash Shiddiq yang memang disebabkan oleh lisan-lisan berdosa untuk mencemarkan putrinya (Aisyah) yang suci. Abu Bakar telah bersumpah untuk menghentikan bantuan dan pemberiannya kepada mereka yang turut menyebarkan berita bohong itu, yang memang sebelumnya dia memenuhi kebutuhan dan menyantuni sebagian mereka.






Pada saat hatinya terbenam kesedihan dan duka lara yang mendalam, maka kelalain mereka dipandang sebagai ketidak pantasan untuk mendapatkan perlakuan yang ma’ruf. Akan tetapi, ALLAH yang maha mengetahui kejujuran hati Abu Bakar, yang memberikan totalitas hidupnya untuk ALLAH dan rasul-Nya , dia tidak membiarkan untuk menuntaskan kemarahan dan balas dendamnya serta mengembalikan pada kejernihan hati. Dia menyuruh membeningkan  keimannanya dan membimbingkan ke puncak memaafkan, toleransi dan keampunan.

Kepada Abu Bakar, ALLAH menurunkan ayat:

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


“ Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa (mereka) tidak akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan ALLAH, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa ALLAH mengampunimu? Dan ALLAH adalah maha pengampun lagi maha penyayang.”

(Q.S. An Nur : 22)






Sesungguh masyarakat rabbani, berdiri di atas  pondasi persaudaraan iman, bukan berdiri di atas dasar persaudaraan, penghargaan, toleransi, dan saling melupakan kekhilafan. Itulah yang diserukan Islam dan dianjurkan untuk merelasasikan persaudaraan berdasarkan keimanan. ALLAH berfirman :


وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ


”Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.Tolaklah[ kejahatan itu] dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.Sifat-sifat yang baik itu tidak di anugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak di anugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”  

[Qs. Fushilat:34-35 ]
Yang demikian itu karena jika keburukan di balas dengan keburukan pula, maka akan memercikan api permusuhan, kebencian, iri hati dan keengganan. Tapi jika keburukan dibalas dengan kebaikan,maka ia akan mematikan api permusuhan, menghentikan  suara amarah, mendedam serta gejolak hati dan  mencuci debu-debu kedengkian juga melenyapkan niat tipu daya.




Ketika dua orang yang bersiteru berubah menjadi teman dekat  dengan kata-kata baik, atau senyuman merekah dari keduannya, maka demi ALLAH, hal itu merupakan kemenangan yang besar. Dan itulah yang mendorong kaum muslimin dan muslimat untuk membalas keburukan orang lain dengan kebaikannya, sehingga dia dapat merubah permusuhan menjadi persaudaraan dan kebencian  menjadi cinta .




Namun kemenangan yang besar ini tidak akan di raih,terkecuali oleh orang yang mempunyai keberuntungan yang besar sebagaimana di isyaratkan oleh ayat di atas,yaitu orang yang memiliki kesabaran, mampu menahan amarah dan menolak keburukan  (kejahatan) dengan cara yang lebih baik. Inilah akhlak orang-orang yang beriman,baik laki-laki maupun perempuan di tengah-tengah masyarakat Rabbani muslim,yang berdiri kokoh di atas pondasi cinta, kasih sayang dan kemaafan. Tak terhitung jumlah ayat AL-QUR’AN dan Hadits Rasulullah yang menamakan budi pekerti yang luhur dalam jiwa insan beriman,mendidiknya agar menjadi manusia pemaaf dan lapang dada,yang tidak meninggalkan di belakangnya bekas dendam kesumat, kedengkian dan kebencian. ALLAH berfirman:


فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ


”MAKA MAAFKANLAH MEREKA DENGAN CARA YANG BAIK.” 

[QS. AL-HIJR : 85 ]
Sesungguhnya Rasulullah dengan ucapan,sikap dan perbuatannya merupakan potret hidup bagi budi pekerti manusia yang luhur dan mulia serta terpuji,khususnya sifat toleransi dan pemaaf ini. Beliau menganjurkan kepada umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak tersebut. Di riwayatkan dari Aisyah radhiallahu,anha, ia berkata :

” Rasulullah tidak pernah memukulnya sedikit pun dengan tangannya,tidak juga wanita maupun pembantunya melainkan pada saat Jihad di jalan ALLAH.Dan beliau tidak pernah marah sedikit pun , apa lagi balas dendam, terkecuali jika ada orang yang melanggar larangan ALLAH,maka beliau marah dan menghukum orang tersebut karena ALLAH.”  

[HR.Muslim ]





Karena  Rasulullah senantiasa mengamalkan petunjuk Rabbul Izzati kepadanya ,sebagaimana firman-Nya:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

”JADILAH ENGKAU PEMAAF DAN SURUHLAH ORANG MENGERJAKAN YANG MA’RUF SERTA BERPALINGLAH DARI PADA ORANG-ORANG YANG BODOH.”  

[QS. AL A’RAF : 199]




Juga Rasulullah mengamalkan sebuah ayat:


ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

” TOLAKLAH [KEJAHATAN ITU ] DENGAN CARA YANG LEBIH BAIK.”  

[QS. FUSHILAT : 34 ]


Demikianlah petunjuk ALLAH Ta’ala melalui ayat-ayat-Nya mengenai akhlak Rabbani,yang mengajarkan manusia berakhlak yang agung. Dimana perlakuan buruk yang diterima oleh mereka tidak dibalas dengan keburukan serupa.Tetapi justru  di sambut dengan maaf,oleh karena itu kema’rufan dan berpaling dari perilaku jahiliyah serta menolaknya dengan cara yang lebih baik. Diriwayatkan dari Anas bin Malik,berkata :

” AKU PERNAH BERJALAN DENGAN RASULULLAH SAAT ITU BELIAU , MEMAKAI SELENDANG NAJRAN YANG KASAR TEPINYA. KETIKA SEORANG BADUI MELIHATNYA, DIA MENARIK KAIN BELIAU DENGAN KERAS. MAKA AKU MELIHAT BAHU BELIAU BERBEKAS KARENA SAKING KUATNYA TARIKAN BADUI ITU.
LELAKI BADUI ITU BERKATA:”WAHAI  MUHAMMAD, BERIKANLAH HARTA PEMBERIAN ALLAH YANG ADA PADAMU.” MAKA BELIAU MENOLEH KE ARAHNYA TERIRING SENYUMAN,KEMUDIAN BELIAU MEMERINTAHKAN UNTUK MEMBERIKAN KAIN NAJRAN ITU KEPADANYA.”   

[MUTTAFAQ  ‘ALAIHI ]






Puncak pintu maaf yang dimiliki Rasulullah sampai pada batas beliau memaafkan wanita Yahudi yang telah menghadiakannya kambing panggang  BERACUN. Di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Bahwa pernah ada seorang wanita Yahudi menghadiakan buat Nabi kambing panggang yang telah ditaburi racun. Lalu Nabi dan sebagian sahabatnya memakan daging kambing tersebut. Kemudian Rasulullah bersabda:

”HENTIKAN  MAKAN KALIAN, KARENA DAGING KAMBING INI BERACUN.” WANITA YAHUDI ITU DIBAWA MENGHADAP RASULULLAH, LALU BELIAU BERTANYA KEPADANYA:” APA YANG MENYEBABKANMU BERBUAT DEMIKIAN ?”…..WANITA ITU MENJAWAB:” AKU INGIN TAHU,SEKIRANYA ENGKAU NABI NISCAYA ALLAH AKAN MENGAMBARKAN KEPADAMU DAN IA TIDAK AKAN MENCELAKAKANMU. NAMUN JIKA KAMU BUKAN SEORANG NABI, MAKA KAMI AKAN TENANG DARI GANGGUANMU.” 
PARA SAHABAT BERKATA:” BIARKAN KAMI BUNUH WANITA INI !...BELIAU BERSABDA:” JANGAN KALIAN LAKUKAN ITU, LALU BELIAU MEMAAFKANNYA.”  

[HR. BUKHARI DAN MUSLIM ]





Ketika kabilah Daus telah bermaksiat dan tidak mau tunduk kepada perintah ALLAH dan Rasul-Nya,maka datanglah Thufail bin Amru Ad Dausi menghadap Rasulullah seraya berkata:





” Sesungguhnya kabilah Daus telah bermaksiat dan enggan berhukum kepada syariat ALLAH, maka berdoalah kepada ALLAH, agar Dia menimpakan Azab buat mereka.” Lalu Rasulullah menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Para sahabat berkata:” BINASALAH DAUS.”





Tetapi Rasulullah memiliki jiwa pengasih dan penyayang serta pemaaf dan kelapangan, yang merasa belas kasihan terhadap umatnya jika ALLAH mendatangkan Azab kepada mereka. Beliau justru berdoa untuk kebaikan mereka:

” YA ALLAH, BERIKANLAH PETUNJUK KEPADA DAUS DAN DATANGKANLAH MEREKA, YA ALLAH BERIKANLAH PETUNJUK KEPADA DAUS DAN LINDUNGILAH MEREKA,YA ALLAH BERIKANLAH PETUNJUK KEPADA DAUS DAN  DATANGKANLAH MEREKA.” 

[MUTTAFAQ ‘ ALAIHI]






Dari Hadits di atas tergambar jelas bagaimana Rasulullah menanamkan di dalam jiwa kaum muslimin dan muslimah sifat pemaaf dan toleransi,meskipun mereka mendapat perlakuan jahat, dihalang-halangi dari jalan ALLAH, di acuhkan dan diputus tali kekerabatannya. Beliau mengetahui dengan kaca mata Tarbiyah bahwa dengan cara itulah manusia akan menyambut seruan dakwah yang disampaikan dengan kelembutan,kesantunan dan pemaaf, lebih banyak dari dakwah yang di iringi dengan kekerasan,kekasaran dan penuh tekanan.




Simaklah bagaimana petunjuknya yang lurus kepada Uqbah, hubungkanlah tali perasudaraan dengan orang yang memutuskanmu, berilah orang yang menghalangi pemberiannya untukmu,dan berpalinglah terhadap orang yang  menzalimi dirimu. Dalam riwayat lain:

” Dan maafkanlah orang yang berbuat zakim kepadamu.”  
[HR. Thabarani]
Penanaman  akhlak ini  tumbuh subur dalam diri UMMAHTUL MUKMININ (ISTRI-ISTRI NABI). Diriwayatkan bahwa budak perempuan milik Shafiyah Ummul Mukminin, ketika pada suatu ketika dia mendatangi Amirul Mukminin Umar bin Khattab seraya berkata:

” WAHAI AMIRUL MUKMININ,SESUNGGUHNYA SHAFIYAH MENCINTAI HARI SABTU DAN MENYAMBUNG TALI PERASUDARAAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI.”  MAKA UMAR MENGIRIM UTUSAN UNTUK MENANYAKAN TENTANG HAL ITU. SHAFIYAH MENJAWAB:” ADAPUN HARI SABTU,KETAHUILAH BAHWASANYA AKU TIDAK MENYUKAINYA SETELAH ALLAH MENGGANTIKAN  HARI JUMAT UNTUKKU. SEDANGKAN ORANG-ORANG YAHUDI, SESUNGGUHNYA AKU MEMILIKI IKATAN TALI KEKERABATAN YANG HARUS AKU SAMBUNGKAN.” 

Selanjutnya Shafiah memanggil budak perempuannya dan bertanya tentang tujuan dia melontarkan tuduhan dan sakwa sangka semacam itu kepada Amirul Mukminin ?,…Maka budak permpuannya menjawab :”Karena tertipu dengan bisikan setan.” Dari ucapan itu bergetarlah hati Shafiyah yang membawanya untuk membalas keburukan budak perempuannya dengan kebaikan yang paling baik. Shafiyah berkata:

” PERGILAH, KARENA ENGKAU TELAH MERDEKA.” 
[Di jelaskan dalam Kitab Al Istis’ab : 4/ 1872 dan Al Ishabah : 8/127 ]





Maka tidak syak lagi bahwa Shafiyah Ummul Mukminin termasuk dalam kategori orang yang disinyalir ALLAH dalam firman-Nya:



وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ





”DAN TIDAK SAMA KEBAIKAN DAN KEJAHATAN.TOLAKLAH [KEJAHATAN ITU] DENGAN CARA YANG LEBIH BAIK. MAKA TIBA-TIBA ORANG YANG ANTARAMU DAN ANTARA DIA ADA PERMUSUHAN SEOLAH-OLAH TELAH MENJADI TEMAN YANG SANGAT SETIA. SIFAT-SIFAT YANG BAIK TIDAK DIANUGERAHKAN MELAINKAN KEPADA ORANG-ORANG YANG SABAR DAN TIDAK DIANUGERAHKAN MELAINKAN KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMPUNYAI KEBERUNTUNGAN YANG BESAR.” 

[QS. FUSHILAT : 34-35 ]


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Ϡღ♥ Semogah bermanfaat dalam meningkatkan iman dan takwa,....wabillahi taufik wal hidayah,,,Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakaatuh.....Salam Ukhuwah.♥Ϡღ♥

0 komentar:

Posting Komentar

Backlinks Otomatis Ummu Marwah

Ingin Link anda nonggol disini silahkan copy paste link Ummu Marwah dibawah ini ke blog anda setelah itu klik link Ummu Marwah dari blog anda dan lihat hasilnya link anda otomatis nempel disini selamanya
Kumpulan Artikel Islami