Laman

Dompet Donasi Blog
Kumpulan Artikel Islami

No Rek : 046-10-45-234

A/N : Budi Darmawan

*****TANTANGAN BUAT MANUSIA DAN JIN UNTUK MEMBUAT YANG SEMISAL DENGAN AL-QUR'AN*****

Written By Ummu Marwah on Sabtu, 07 April 2012 | 09.06

 بِسْـــــــــــــــــــــ ـمِ اﷲِارَّتْمَنِ ارَّتِيم
 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ





●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●

                             TANTANGAN
                    BUAT MANUSIA DAN JIN
                                 UNTUK
  MEMBUAT YANG SEMISAL DENGAN AL QUR’AN

●▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬●


Di antara bukti keagungan Al Qur’an dan ketinggian kedudukannya adalah bahwa ALLAH menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang semisal dengannya, atau sepuluh surat yang sepertinya dan bahkan satu surat saja sepertinya.
ALLAH berfirman :

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

“katakanlah : “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi yang lain.” 

(Q.S;  Al Israa’ 88).




 


“katakanlah”, perintah ini bukan hanya ALLAH tunjukkan pada rasul-Nya saja, maksudnya ialah; umumkanlah wahai Muhammad kepada khalayak dan pendengarkan kepada manusia seluruhnya. Karena tantangan itu ditunjukan kepada semua orang. Juga dalam firman ALLAH :

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


“bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu.”
Katakanlah: “(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang di buat-buat yang menyamainya dan panggilah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain ALLAH, jika kamu memang orang-orang yang benar.”

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu itu maka katakanlah (olehmu): “ketahuilah, sesungguhnya AlQur’an itu diturunkan dengan ilmu ALLAH, dan bahwasanya tidak ada tuhan selain dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada ALLAH)?.”

(Q.S;Huud : 13-14).


 


Bersamaan dengan itu pula, mereka tidak mengikuti petunjuk Al Qur’an, padahal mereka tidak pernah menemukan celah untuk menguatkan dakwaan mereka, lalu mereka kembali melanggar larangan-Nya seraya berkata; “Al Qur’an itu sengaja di buat oleh Muhammad. “Maka Berangsur-angsur ALLAH menarik mereka kepada lembah kebinasaan dari arah yang mereka tidak ketahui. Hingga mereka sampai ke dasar kebinasaan dan hinaan. Dan ALLAH menantang mereka satu surat saja yang serupa dengan Al Qur’an, tapi mereka juga menyerah tak berdaya. ALLAH berfirman :


أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ
قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“ Atau (Patukah) mereka mengatakan : “Muhammad membuat-buatnya.”
Katakanlah”(kalau benar yang kamu katakan itu, maka siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain ALLAH, jika kamu orang-orang yang benar.”

(Q.S; Yunus : 38).
Ketika orang-orang kafir itu heran terdiam kaku, tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, tapi mereka tidak mau menyerah, maka mereka menjadi kerasukan syaitan lantaran tekenan penyakit gila. Suatu mereka berbicara mengenai Al Qur’an dengan tujuan olok-olok belaka :




وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَٰذَا ۙ
إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

“kalau kami menghendaki niscayanya kami dapat membacakan yang seperti ini. (Al Qur’an) ini tidak lain hanya dongengan-dongengan orang purbalaka.”

(Q.S; Al Anfal : 31).

Di lain waktu, mereka mengucapkan dengan nada putus asa :

“Datangkanlah Al Qur’an  yang lain dari ini atau gantikanlah dia.”

Oleh karena itu Al qur’an bukanlah suatu perkataan dan ungkapan yang biasa disusun oleh manusia dan jin. Sekali-kali tidak demi rabb-ku, sesungguhnya dia merupakan kalam (perkataan) ALLAH yang dia menantang seluruh makhluk-Nya dengan untuk mendatangkan yang serupa dengannya. ALLAH yang maha bijaksana berfiman :

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

“Katakanlah : ‘sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”

(Q.S Al Israa’ : 88).

Maka ayat ini merupakan sanjungan terhadap kemuliaan dan keagungan Al Qur’an
Ayat di atas dan ayat-ayat yang senada dengan itu disebut dengan ayat-ayat tahaddi (tantangan) yaitu; penjelasan mengenai ketidaksanggupan seluruh makhluk untuk membuat yang serupa dangan Al Qur’an bahkan walaupun hanya satu surat sekalipun.





Oleh karena itu di antara bukti keagungan Al qur’an dan ketinggian kedudukannya, adalah bahwa dia membuat makhluk-Nya dari manusia dan jin menjadi tidak kuasa untuk mendatankan yang semisal dengan Al Qur’an, walaupun sebagian mereka menjadi penolong atas sebagian yang lain.


Sinopsis
Seungguhnya nikmat ALLAH terhadap hamba-hamba-Nya sangat banyak dan beragam.dan bahwasannya Al Qur’an yang agung ini merupakan nikmat terbesar dari nikmat-nikmat yang di karuniakan ALLAH kepada hamba-Nya. Yang demikian karena sesungguhnya ALLAH mendahulukan penyebutannya dalam Al Qur’an dari pada nikmat penciptaan manusia dan dari nikmat-nikmat lainnya.
ALLAH berfirman :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الرَّحْمَٰنُ
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
خَلَقَ الْإِنْسَانَ
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ

“(Tuhan) yang maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”

(Q.S; Ar Rahman : 1-4).

Siapapun yang senantiasa melakukan tadabbur (menghayati makna) ayat-ayat Al Qur’an pastilah dia akan menemukan banyak ayat dan surat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang keagungannya. Terlebih pada permulaan dan penutup surat Makkiyah.




Demikian pula bersumpah dengan atas nama Al Qur’an. Juga pujian terhadap Al Qur’an di permulaan surat dan berbicara tentang keagungannya di akhir surat. Juga penyebutan Asma’ul Husna   bersambungan dengan penurunan Al Qur’an. Begitu pula banyaknya nama-nama dan sifat Al Qur’an, diantaranya; dia diturunkan di zaman terbaik, diturunkan dalam bahasa terindah dan kaya maknanya,dimudahkan untuk memahami isinya bagi semesta alam, sebagai penguji bagi seluruh kita samawi sebelumnya, diturunkan untuk semua manusia. Terlebih adanya garansi dari ALLAH yang menjamin peliharaannya sepanjang masa. Hal itu semua menunjukan atas kedudukan dan keagungan AL Qur’an.
Berbicara mengenai manifestasi dan keagungan AL Qur’an ini berkisar persoalan berikut.


Dia Diturunkan pada zaman yang terbaik
Nilai kebaikan suatu zaman itu bukan terleyak pada dzatnya, tetapi sangat erat hubungannya dengan kitab yang diturunkan pada peristiwa apa yang terjadi pada saat itu.
Diantara manifestasi dari keagungan Al Qur’an yang agung,bahwa ALLAH menurunkannya di zaman yang terbaik, yaitu bulan ramadhan. ALLAH berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil.”

(Q.S; AL Baqarah : 185).
Dia diturunkan pada malam yang penuh berkah (malam Lailatul Qadar), di bulan yang diberkahi (Ramadhan). ALLAH berfirman :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Sesungguhnya kami menurunkannya pada satu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kami-lah yang memberi peringantan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”

(Q.S; Ad Dukhaan : 3-4).





Malam yang diberkahi pada ayat di atas adlah malam Lailatul Qadar, yaitu; malam yang penuh kemuliaan dan keluhuran, sebagaimana yang disinyalir oleh ALLAH dalam firman-Nya :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya  lami telah menunrunkan (AL Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”

(Q.S; Al Qadr : 1-3)





Dinamakan malam itu dengan Lailatul Qadar, karena pada malam itu ada nilai kemuliaannya teramat agung di sisi ALLAH. Dan sudah dimaklumi bahwa sesungguhnya nilai dan kemuliaannya tidak disebabkan oleh waktu yang bergulir dengan sendirinya. Karena masa menyatu dalam dzat dan sifatnya. Mustahil sebagian waktunya lebih mulia dari sebagian waktu yang lain lantaran dzatnya. Parameter kebaikan dan kemuliaan suatu waktu yang sangat ditentukan oleh perkara yang mulia dan luhur, yang memiliki kedudukan yang agung dan martabat yang tinggi.





Sudah di ketahui secara umu  bahwa kedudukan agama lebih tinggi dan agung dari pada kedudukan dunia. Dan tiada sesuatu yang lebih tinggi dan mulia kedudukannya dalam agama kecuali Al Qur’an. Karena ia sebagai mu’jizat nabu kita Muhammad dengan mempelajarinya akan tergambar jelas perbedaan antara yang hak dan yang bathil pada seluruh kitab samawi yang telah diturunkan. Dengan mentadabburinya akan terhampar tangga-tangga kebahagiaan yang didahului oleh orang-orang beriman dan lembah kenistaan yang didiami oleh orang-orang yang akan binasa dan sengsara.

Berdasarkan hal tersebut, maka tidak ada sesuatu pun yang lebih agung nilainya dari pada Al Qur’an. Tiada yang lebih berkesan dan lebih agung kedudukan dari padanya.



Dia diturunkan dengan bahasa yang terindah dan sempurna

ALLAH telah menetapkan bahasa arab itu sebagai bahasa kitab-Nya yang terakhir diturunkan. Pilihan ALLAH terhadap bahasa yang agung ini sejatinya kembali pada keistimewaan yang dipunyai olehnya berupa; ke-elastisan, keluasan, berpotensi untuk selalu berkembang mudah menyusun kalimat dan merubahnya. Kaya akan sinonim katanya, uangkapan dan wazn (timbangan) katanya.






Setiap orang yang mempelajari bahasa-bahasa dunia akan mengakui secara jujur bahwa bahasa arab adalah bahasa yang tinggi dan sempurna. Kaya maknanya pada kosa kata yang sederhana, halus pelajarannya, dan lebih baik banyak memberikan penerangan dan penjelasan terhadap makna kata yang dicari.
Hal yang demikian itu menunjukan tentang keagungan AL Qur’an, karena ia diturunkan dalam bahasa yang termulia dan tertinggi, yaitu ; bahasa arab. Oleh karena itu bahasa arab. Oleh Karena itu Al Qur’an Al Adzim memuji bahasa arab di banyak ayat, di antaranya :

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa arab supaya kamu memahami(nya).”

(Q.S; Az Zukhruf : 3).

Dan juga friman-Nya :

“jika ada orang bertanya : Mengapa Al Qur’an diturunkan dalam bahasa arab dan bukan bahasa yang lain di dunia?.”

Maka jawabannya adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya ALLAH benar-benar menjadikan Al Qur’an ini sebagai kitab yang ditunjukan untuk semua umat pada setiap zaman. Oleh karena itu dia menurunkan dengan bahasa yang paling fasih di antara bahasa-bahasa manusia di dunia, ialah bahasa arab.





Adapun di antaranya sebab yang bias saya tangkap adalah karena bahasa ini kaya makna, lebih sedikit jumlah hurufnya, teramat fasih dialek bahasanya, memiliki perbendaharaan dalil yang memadai untuk menguatkan argumentasi si pembicara, mempunya redaksi yang berfariatif. Hal itu semua memposisikannya sebagai bahasa yang paling sempurna dalam susunan satranya, dan kelurusan uslub (gaya bahasa)-Nya ditopang uslub kiasa yang menyentuh. Oleh karenanya perbendaharaan seperti inilah yang tidak kita dapati dari ucapan sastrawan arab.

Bangsa arab diciptakan-Nya dengan membawa tabiat kecerdasan yang jernih dan interlektual yang tajam, di atas tiang penyangga kecerdasan dan kecerdikan itulah dibangun uslub perkataan mereka. Untuk itulah banyak kita temukan pada ungkapan mereka lafadz yang dipindahkan dari arti aslinya ke dalam arti baru (majaz) , bahasa kiasan, penyerupaan, sindiran, persekutuan dan toleransi dalam pengunaannya, seperti kafasihan bertutur kata (mubalaghah), istihrad,perumpamaan , kilasan, pertanyan dengan maksud penatapan atau pengingkaran dan lain sebagainya.






Al Qur’an itu turun dengan gaya bahasa yang teramat indah (I’jaz), yang membuat para sastrawan arab terpesona mendengarnya. Al Qur’an datang untuk menantang para penya’ir arab yang mengingkarinya,mereka tak mampu untuk berkata-kata walau sepatah katapun jua, petanda beriman kepadanya, seperti Lubaid bin Rabi’ah, Ka’ab bin Zuhair, Nabighah Al Ja’dy, ataupun yang tetap berada dalam kekafirannya, seperti; Wahid bin Al Mughirah.

Makna Al Qur’an itu bila dilihat dari sisi mu’jizatnya, memberikan makna keindahan plus kebandingan, dari makna-makna indah yang keluar dari lisan para sastrawan. Karena ia sebuah kitab yang memuat hukum-hukum syari’at pendidikan akhlak, dan pengajaran ilmu. Ia benar-benar telah , meniggalkan arti dan maksud yang tak terbilang, pada lafadz yang terbatas.





Jika dikiaskan bahasa arab dengan dengan ukuran ilmu mantiq, maka tiada bahasa yang lebih memenuhi syarat dan sisi lafadz, dan kaidah-kaidah sastra daripada bahasa arab. Maka sangat pantas untuk kita sebut bahwa ia merupakan bahasa yang sempurna bila dilihat dari sudut kemudahan dan kejelasannya, dan tiada perbedaan di dalamnya. Itulah parameter yang diambil dari alat komunikasi alami yang ada dalam diri manusia.

Sesungguhnya bahasa arab menggunakan alat komunikasi insani dengan lebih baik dan lebih sempurna. Tidak ada yang terbaikan datu peranpun dari masing-masing alat komunikasi tersebut, sebagaimana yang sering terjadi di banyak ejaan huruf pada bahasa lainnya. Tiada tumpang tindih pada satu huruf dari huruf-huruf ejaannya di antara dua tempat keluarnya (makhraj) huruf. Dan tiada pula pada makhraj dari makhraj-makhrajnya di antar dua huruf ejaannya. Kelebihan semacam ini bisa jadi dimiliki oleh beberapa bahasa lainnya, tetapi tidak sesempurna bahasa arab ini, dan tidak ada satu bahasapun yang bisa mengungulinya.

Ibnu Faris ramihullah pernah mengatakan : “tidak ada seseorangpun yang bisa menerjemahkan Al Qur’an ini ke dalam bahasa lain, seperti yang terjadi kepadan kitab injil yang telah diterjemahkan dari bahasa siriyani ke dalam bahasa Abyssinia dan yunani. Begitu pula telah diterjemahkan kitab taurat dan zabur dan seluruh kitab-kitab ALLAH lainnya ke dalam bahasa arab. Karena bangsa non arab memiliki pengetahuan tentang majaz tidak seluas pengetahuan bangsa arab.



Dimudahkan-Nya dalam memahami dan memebaca Al Qur’an bagi semesta alam
Di antara manifestasi dari keagungan Al Qur’an Al Adzim, adalah bahwa fakta ALLAH telah membentangkan jalan kemudahan bagi siapa yang ingin memahami dan mempelajarinya dari semesta alam. Sehingga tidak ada lagi hujjah (alasan) kelak di hadapan ALLAH bagi orang yang tidak memahami maknanya dan tidak mengamalkan isi kandungannya. Hal ini berdasarkan firman ALLAH :


وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya kami telah memudahkan Al Qur’an untuk dipelajari, maka adalah orang yang mau mengambil pelajaran.”

(Q.S; Al Qamar : 17)

Juga firman-Nya :

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

“maka sesungguhnya te;ah kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu agar kamu dapat memeberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa dan agar kamu memberi peringantan dengannya kepada kaum yang memebengkang.”

(Q.S; Maryam : 97)

Kemudahan yang ALLAH hamparkan ini sebagai penerang dan motivasi bagi kaum muslimin untuk lebih giat dalam mempeajari Al Qur’an. Dan juga merupakan sinidiran bagi orang-orang musyrik agar mereka menyadari kebodohan mereka yang telah menutupi keinginan mereka dalam mempelajari Al Qur’an sebagaiman yang dilansir ALLAH dalam firman-Nya :

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.”

(Q.S; Al Qamar : 17)

Kata “At Tasir” artinya : mengadakan kemudahan terhadap suatu urusan, baik dengan perbuat seperti dalam firman ALLAH :

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ

“ALLAH menghendaki kemudahan bagimu.”

(Q.S; Al Baqarah : 185)

Ataupun kemudahan itu tercermin dalam ucapan, sebagaimana friman-Nya :

لَا يَذُوقُونَ فِيهَا الْمَوْتَ إِلَّا الْمَوْتَةَ الْأُولَىٰ ۖ وَوَقَاهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

“Sesungguhnya kami telah memudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.”

(Q.S; Ad Dukhaan : 58)

Penyebab kemudahan itu karena Al Qur’an diturunkan dengan bahasa yang paling fasih dan terang. Ia dating kepada seorang rasul yang termulia.

Dan kemudahan makna itu, kembali pada kemudahan dalam memahami makna yang terkandung di dalamnya. Yaitu orang yang mendengarnya memahami makna yang dikehendaki oleh orang yang memabacanya tanpa ada kepayahan dan tidak pula tertutup pendengarannya, sebagaimana kala ada sebuah ungkapan; ‘Masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.’

Kemudahan ini mencakup dan kemudahan lafadz dan makna
Adapun kemudahan lafadz, karena Al Qur’an berada di puncak kefasihan ungkapan dan kesusunan kalimatnya. Yaitu kefasihan dalam ungkapan, indah dan teratur susunan katanya, sehingga mudah dihafalkan oleh lisan manusia.
Sedangkan kemudahan dalam makna, sebab ia mudah demengerti dan kaya akan makna, yang mungkin akan melahirkan pemahaman makna baru ketika seseorang mengulang-ulang kembali mendabburi ayat-ayat-Nya.
Ar Razi rahimullah menyebutkan makna ayat :

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an untuk dipelajari”

Dengan beberapa penafsiran yaitu :
  1. Diberi kemudahan untuk menghafalnya, dimana tidak ada kitab-kitab ALLAH yang mampu dihafal oleh manusia selain dari Al Qur’an.
  2. Kita deberi kemudahan untuk mengambil pelajaran darinya. Dimana kita akan menemukan mutiara hikmah dan kedekatan interaksi kita bersama.
  3. Hati kita selalu rindu dengannya, merasakan kelezatan mendengarnya. Dan siapa yang tidsk memahami maknanya, maka dia harus belajar untuk memahaminya. Jangan merasa bosan (jenuh) untuk selalu mendengarnya dan belajar untuk memahaminya. Jangan pernah ada yang berkata ; ‘Saya sudah memahaminya dan tidak perlu mendengarnya.’ Bahkan setiap kali kita berinteraksi dengan dia, maka akan bertambah kelezatan dan kefahaman terhadapnya.
Selanjutnya, bahwa kemudahan ini  adalah benar adanya, tiada keraguan sedikitpun di dalamnya, maka dimanakah orang-orang yang mau mempelajarinya !!  dan inilah sumber petaka itu.  


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

♥ღϠ₡ღ♥ Semogah bermanfaat dalam meningkatkan iman dan takwa,....wabillahi taufik wal hidayah,,,Assalamu'alaikum warrahmatullahi wa barakaatuh.....Salam Ukhuwah.♥ღϠ₡ღ♥

0 komentar:

Posting Komentar

Backlinks Otomatis Ummu Marwah

Ingin Link anda nonggol disini silahkan copy paste link Ummu Marwah dibawah ini ke blog anda setelah itu klik link Ummu Marwah dari blog anda dan lihat hasilnya link anda otomatis nempel disini selamanya
Kumpulan Artikel Islami